Selama bulan Ramadan ini, kita sering mendengar kata “Takjil”. Di berita, di tv, di radio, bahkan di lingkungan sehari-hari. Bahkan di warung dan pasar juga sering terlihat tulisan “takjil”.
Beberapa restoran menulis “Tersedia Takjil Gratis buat Pelanggan”. Beberapa masjid juga menulis hal serupa.
Seluruh berita itu menganalogikan kata Takjil sebagai makanan untuk berbuka puasa.
Seolah kata “takjil” artinya makanan-makanan untuk hidangan berbuka puasa. Padahal kata takjil/ta’jil (تعجيل) artinya adalah “bersegera”, diambil dari hadist Nabi Muhammad SAW yang menyuruh untuk berbuka puasa dengan bersegera ketika telah sampai waktunya.
Takjil bermakna kita jangan menunda berbuka, saat berbuka tiba maka segeralah berbuka. Karena di Arab warganya suka berbuka dengan korma, maka korma ini disebut makanan untuk takjil, alias makanan untuk menyegerakan berbuka.
Istilah ini kemudian diadopsi dengan menyebut kurma dan makanan untuk berbuka sebagai Takjil.
Namun seperti kebiasaan di negeri ini, apa yang dimuat media selalu menjadi pembenaran.
Karena media, terutama tv selalu menyebut makanan untuk berbuka adalah Takjil, maka seolah semua kita sepakat menyebut Takjil untuk penganan berbuka itu.
Bukan mau menggurui, namun sebaiknya semua pengguna kata-kata terutama media, kembalilah melihat kamus. Disana pengertian TAKJIL dengan jelas ditulis adalah “Mempercepat”. Dalam hal ini adalah mempercepat berbuka saat tiba waktunya.
Jadi "takjil" itu bukan makanan.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
From Deddy Sutianto